January 21, 2009

Menonton Sinetron Bernuansa Religius di Bioskop

Kalo mo nonton sinetron kenapa musti ke bioskop?? Nggak usah dikasih tahu saya juga tauk, tapi yang ini ceritanya terjebak. Saya terjebak sehingga harus menonton sinetron di bioskop, sial!!!!.

Tiga tiket XXI telah dibeli, saya dan teman memutuskan menonton "Perempuan Berkalung Sorban", kalo bahasa Inggrisnya mah "Woman with Turban"..aiiiii..gaya yeuh.
Kita putuskan menonton film ini, karena memang sudah tidak ada pilihan lain, 3 film yang ditayangkan di XXI saat itu telah saya tonton. Lagipula cukup penasaran seperti apa karya terbaru Hanung Bramantyo kali ini, sutradara yang meraih kegemilangannya lewat film jutaan penonton "Ayat-Ayat Cinta".


Film dibuka dengan adegan wanita berjilbab, dengan sorban menutupi separuh mukanya sedang berkuda di tepi pantai. Wanita yang akhirnya saya ketahui bernama Annisa (Revalina S Temat) ini sepertinya cukup kuat, karena saya lihat dia tidak menggunakan sendal ataupun sepatu ketika tengah berkuda(wakakakak..penting.....).

Menit-menit awal film bercerita tentang kehidupan Annisa kecil yang merupakan anak bungsu, satu-satunya perempuan dari seorang Kyai pemilik Pondok Pesantren Al Huda di daerah Jawa Timur sana, kalo ga salah Jombang (langsung inget Ryan sang penjagal..awww). Rupanya Annisa kecil ini tidak suka diberlakukan berbeda karena dia perempuan. Diceritakan juga kedekatannya dengan Lek Khodori, lelaki yang masih memiliki hubungan darah dengan Ibunya (Widyawati). Aduh..masih kecil udah sayang-sayangan, di pinggir pantai pula..(so???)

Cerita berjalan sampai Annisa menjadi gadis cantik yang pintar, tetapi selalu resah melihat situasi di pesantren dengan doktrin-doktrin bahwa perempuan tidak bisa menjadi pemimpin dan telah ditakdirkan meraih pahala dengan membina keluarga dan menjadi istri yang baik. Keinginan Annisa untuk melanjutkan pendidikan pun ditolak mentah-mentah oleh ayahnya, bahkan Annisa dinikahkan dengan Syamsudin (Reza Rahadian), anak dari kolega Ayahnya yang kemudian diketahui bahwa ayahnya memiliki hutang yang cukup banyak kepada ayah Syamsudin ini.

Kesialan, mungkin cobaan terus menimpa Annisa, bukan rumah tangga sakinah, mawaddah, warahmah yang didapatinya, tetapi rumah tangga yang penuh tekanan, suami yang tidak pernah menghargainya, bahkan dengan gampang melakukan kekerasan fisik terhadapnya. Tak cukup sampai disitu, ternyata Syamsudin telah menghamili perempuan lain, bernama Kalsum (Francine Rocenda), yang akhirnya menjadi madu Annisa.

Kemudian muncullah Khudori (Oka Antara), lelaki yang dari kecil sudah disayangi Annisa. Kehadiran Khudori, pemberontakan Annisa, kematian ayahnya, dan perjuangan Annisa mewujudkan impiannya untuk melihat dunia luar menjadi lanjutan dari cerita di film berdurasi cukup lama ini (2 jam lebih).

Kenapa film ini saya sebut sinetron? Selain sebagian besar para pemainnya memang orang-orang yang sering ditemukan wajahnya di sinetron, ceritanya pun hampir mirip dengan cerita-cerita yang sering diangkat di sinetron, tetapi bedanya ini bertemakan islami. Mungkin cerita ini mengangkat pesan bahwa kesetaraan perempuan merupakan hal yang sangat penting, dan bukanlah hal yang tabu di dalam Islam. Mungkin film ini ingin menyampaikan bahwa dominasi laki-laki itu harus diimbangi dengan kehadiran perempuan, bukan cuma sebagai hiasan semata. Mungkin film ini ingin menyadarkan kita bahwa perempuan dan laki-laki punya hak yang sama.

Tetapi maksud-maksud yang ingin disampaikan film ini kok saya rasa malah tenggelam dengan adegan-adegan teenlit, adegan percintaan, sayang-sayangan, perasaan yang gundah dan cerita cinta lainnya. Teman saya yang pernah membaca novel yang merupakan sumber cerita film ini mengatakan bahwa di dalam novel "Perempuan Berkalung Sorban" memang kental dibahas tentang kisah percintaan tokoh utamanya.

Saya mengerti, drama percintaan memang selalu lebih memiliki nilai jual tinggi, tetapi saya melihat banyak adegan-adegan tidak penting dan rasanya bisa diedit saja yang hadir dalam film ini.

Yah..itung-itung nonton sinetron di bioskop....tapi kalau misalnya film ini diputer di TV, saya kurang yakin saya akan bertahan di channel yang menayangkan film ini...:D

2 comments:

  1. kaya sinetron banget ya teh?
    Untung dah baca review teh ira..jadi keinginan buat nonton Temat di bioskop urung..
    thanks d info..

    ReplyDelete
  2. mungkin tergantung selera kali ya, coba aja tonton, mungkin selera kita berbeda...:D, buat saya pesan ttg kesetaraan gender di film ini malah tenggelam oleh romansa yg berlebihan...hehe

    ReplyDelete